Ritual Adat Istiadat dari Daerah Makassar

Kebudayaan Suku Makassar Tak jauh berbeda dengan suku bugis, Suku Makassar atau Orang Mangasara sebagian besar menetap di daerah Sulawesi Selatan. Selain berprofesi sebagai pedagang, orang Makassar juga handal berlayar (senang merantau) dan itulah sebabnya jika suku bangsa ini terdapat juga di luar Indonesia, misalnya di Singapura dan Malaysia. Suku Makassar ini diakui akan kebudayaannya, dimana kebudayaan mereka tetap dilestarikan sampai sekarang dan tidak tergerus oleh modernisasi.

Berikut beberapa ritual keupacaraan dan adat istiadat dari daerah Makassar :

ACCERA KALOMPONG

Accera Kalompoang merupakan upacara adat untuk membersihkan benda-benda pusaka peninggalan Kerajaan Gowa yang tersimpan di Museum Balla Lompoa. Inti dari upacara ini adalah allangiri kalompoang, yaitu pembersihan dan  penimbangan salokoa (mahkota) yang dibuat pada abad ke-14. Mahkota ini  pertama kali dipakai oleh Raja Gowa, I Tumanurunga, yang kemudian disimbolkan  dalam pelantikan Raja- Raja Gowa berikutnya.

Hasil gambar untuk ACCERA KALOMPONG

Pencucian benda-benda kerajaan tersebut menggunakan air suci yang diawali dengan pembacaan surat Al-Fatihah secara bersama-sama oleh para peserta upacara yang dipimpin  oleh seorang Anrong Gurua (Guru Besar). Khusus untuk senjata-senjata pusaka seperti keris, parang dan mata tombak, pencuciannya diperlakukan secara khusus,  yakni digosok dengan minyak wangi, rautan bambu, dan jeruk nipis. Pelaksanaan  upacara ini tidak hanya disaksikan oleh para keturunan Raja-Raja Gowa, tetapi  juga oleh masyarakat umum dengan syarat harus berpakaian adat Makassar pada saat acara.

MAPPALILI

Mappalili adalah upacara mengawali musim tanam padi di sawah. Ritual ini dijalankan oleh para pendeta Bugis Kuno yang dikenal dengan sebutan bissu. Selain di Pangkep, komunitas bissu ada di Bone, Soppeng, dan Wajo. Ritual dipimpin langsung Seorang Bissu Puang Matoa.

Hasil gambar untuk mappalili

Puang Matoa terlihat begitu berwibawa di antara bissu yang berkumpul di rumah arajang, yakni tempat pusaka berupa bajak sawah disemayamkan. Mengenakan kemeja bergaris dengan warna dominan putih, dipadu sarung putih polos dan songkok. Suara santun dan tegas selalu keluar dari mulutnya. Tak ada teriakan sedikit pun. Sebagai pengganti teriakannya, Puang Matoa menggunakan katto-katto, sejenis pentungan yang khusus untuk memanggil anak laki-laki, dan kalung-kalung, nama alat untuk memanggil anak perempuan.

Adat Perkawinan

Tata cara upacara adat Makassar dalam acara perkawinan memiliki beberapa proses atau tahapan upacara adat, antara lain:

  1. A’jangang-jangang (Ma’manu’-manu’).
  2. A’suro (Massuro) atau melamar.
  3. A’pa’nassar (Patenreada’) atau menentukan hari.
  4. A’panaiLeko’ Lompo (erang-erang) atau sirih pinang.
  5. A’barumbung (Mappesau) atau mandi uap, dilakukan selama 3 (tiga) hari.
  6. Appassili bunting (Cemmemappepaccing) atau siraman dan A’bubbu’ ( mencukur rambut halus dari calon mempelai).
  7. Akkorontigi (Mappacci) atau malam pacar.
  8. Assimorong atau akadnikah.
  9. Allekka’ bunting (Marolla) atau mundumantu.
  10. Appa’bajikang bunting atau menyatukan kedua mempelai.

 

Adat Kelahiran

Upacara Daur Hidup (Inisiasi)

Masa kehamilan utamanya pada kehamilan pertama pada suatu keluarga merupakan suatu waktu yang penuh perhatian keluarga kedua belah pihak.

Masa kehamilan pada bulan pertama sampai dengan bulan keempat disebut angngirang. Dalam masa ini muncul keaneh-anehan bagi calon ibu, baik dalam tingkah laku maupun dalam keingin-inginannya. Kedua belah keluarga berusaha memenuhi keinginan calon ibu tersebut terutama yang berupa makanan. Apabila keinginan-keinginan itu tidak dipenuhi akan berakibat tidak baik bagi bakal bayi yang akan dilahirkan. Selama masa kehamilan berlaku pantangan-pantangan bagi si calon ibu, maupun si calon ayah.

Apabila kandungan telah berusia tujuh bulan, maka diadakan upacara anynyapu battang/appakaddok mengngirang yang diebut juga appasilli. Pada upacara ini kedua belah pihak dari keluarga mengadakan macam-macam panganan, di antaranya terdapat kanre jawa picuru (makanan yang mempunyai arti simbolis), serta tidak ketinggalan buah-buahan.

Acara pertama dalam upacara ini, ialah memandikan calon ibu dengan suaminya  (nipassilli) dengan maksud untuk menjaga calon ibu maupun bayi yang akan lahir, dengan mengusir dan menolak pengaruh-pengaruh jahan. Selesai mandi calon ibu dan bapak berpakaian adat, rapih, dan bagus kemudian bersanding menghadapi hidangan yang disediakan dan dikerumuni oleh sanak suami istri tersebut disuruh memilih dari salah satu macam penganan yang tersedia, dengan ketentuan mengambil makanan yang sangat diinginkannya. Dari  penganan yang diambil, dapat diramal jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan.

Hasil gambar untuk adat kelahiran makassar

Setelah ada tanda-tand bayi akan lahir, keluarga kedua belah menunggui bersama sang dukun. Menjelang bayi akan lahir, biasanya calon ibu mudah pallammori dengan tujuan agar si calon ibu mudah melahirkan.

Sesudah bayi lahir, maka bayi bersama plasentanya diletakkan di atas kapparak, lalu sang dukun memotong plasenta bayi tersebut. Plasenta kemudian dibersihkan, lalu dimasukkan ke dalam periuk tanah bersama

Adat Kematian

Upacara Adat Kematian (Ammateang) dalam adat Bugis Makassar merupakan upacara yang dilaksanakan   masyarakat Bugis Makasar saat ada seseorang dalam suatu kampung meninggal, maka keluarga, kerabat dekat maupun kerabat jauh, juga masyarakat sekitar lingkungan rumah orang yang meninggal itu berbondong – bondong menjenguknya. Pelayat yang hadir biasanya membawa sidekka (Sumbangan kepada keluarga yang ditinggalkan) berupa barang atau kebutuhan untuk mengurus mayat. Mayat belum mulai diurus seperti dimandikan sebelum semua anggota terdekatnya hadir. Nanti keluarga terdekatnya hadir semua, barulah mayat dimandikan, yang umumnya dilakukan oleh orang-orang tertentu yang memang biasa memandikan mayat atau oleh anggota kelurganya sendiri.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan ketika memandikan mayat, yaitu pajenekang ( menyiramkan air ke tubuh mayat diiringi pembacaan do’a dan tahlil), pasuina ( menggosok bagian-bagian tubuh mayat), Pabbisina (membersihkan anus dan kemaluan mayat yang biasa dilakukan oleh salah seorang anggota keluarga seperti anak,adik atau oleh orang tuanya) dan pamaralui (menyiramkan air mandi terakhir sekaligus mewudhukan mayat). Orang –orang yang bertugas tersebut diberikan pappasidekka (sedekah) berupa pakaian si mayat ketika hidupnya lengkap dengan sarung,baju,celana, dan lain sebagainya. Mayat yang telah selesai dimandikan kemudian dikafani dengan kain kaci oleh keluarga terdekatnya. Setelah itu imam dan beberapa pengikutnya menyembahyangkan mayat menurut aturan Islam.

Sesampai dikuburan, mayat segera diturunkan kedalam liang lahat. Imam atau tokoh masyarakat kemudian meletakan segenggam tanah yang telah dibacakan doa atau mantera-mantera ke wajah jenazah sebagai tanda siame’(penyatuan) antara tanah dengan mayat.setelah itu, mayat ditimbuni mulai tanah sampai selesai. Lalu Imam membacakan talkin dan tahlil dengan maksud agar si mayat dapat menjawaban pertanyaan – pertanyaan malaikat penjaga kubur dengan lancar. Diatas pusara diletakan buah kelapa yang telah dibelah 2 dan tetap ditinggalkan diatas kuburan itu. Diletakan pula payung dan cekko-cekko’. Hal ini juga masih merupakan warisan “kepercayaan lama”(old belief) orang Bugis Makassar, bahwa meskipun seseorang telah meninggal dunia, akan tetapi arwahnya masih tetap berkeliaran. Karena itu, kelapa dan airnya yang diletakan diatas kuburan dimaksudkan sebagai minuman bagi arwah orang yang telah meninggal, sesangkan payung selain untuk melindungi rohnya, juga merupakan simbol keturunan.

Semalaman, di rumah duka diadakan tahlilan dan khatam Al-Quran, yaitu membaca al-Quran secara bergantian. Dari sini mulainya bilampenni, yaitu upacara selamatan sekaligus penghitungan hari kematian yang dihitung mulai dari hari penguburan jenazah.Biasa dalakukan selamatan tujuh hari atau empat puluh harinya. Sekarang ini, upacara bilampenni sudah bergeser namanya menjadi tiga malam saja. Sebagai penutup, pada esok harinya dilakukan dzikir barzanji dan dilanjutkan dantap siang bersama kerabat – kerabat yang di undang. 

Hasil gambar untuk adat kematian makassar


Rumah Adat Suku Makassar

Hasil gambar untuk rumah adat makassar

Tiap daerah atau tiap suku pasti mempunyai rumah adat khas, begitu pula dengan Suku Makassar. Rumah dalam bahasa Makassar disebut “Balla”. Rumah ini berbentuk rumah panggung dengan kayu sebagai penyangganya.

Pakaian Adat Suku Makassar

Hasil gambar untuk baju bodo makassar

Pakaian Adat Suku Makassar ini disebut dengan “Baju Bodo”. Ciri Baju Bodo ini yaitu memiliki bentuk segi empat, sisi samping pakaian atas yang dijahit, tidak berlengan, terbentuknya gelembung dibagian tubuh, tak ada sambungan jahitan dibagian bahu, terdapatnya hiasan berbentuk bulatan kepingan logam di seluruh bagian tepi, dan permukaan blus. Memakai Baju Bodo berdasarkan warna mesti mematuhi ketentuan yang terkait dengan usia penggunanya.

 

Tarian Adat Suku Makassar

Hasil gambar untuk tarian adat makassar

Tarian Adat Suku Makassar yang paling terkenal ialah Tari Pakarena. Tari Pakarena ialah tarian tradisional yang diiringi oleh 2 (dua) kepala drum (gandrang) dan sepasang instrument alat semacam suling (puik-puik). Tari pakarena di Sulawesi selatan terdapat di dua kabupaten selain tari pakarena dari kabupatan Gowa yang pernah dimainkan oleh maestro tari pakarena Maccoppong Daeng Rannu, terdapat juga jenis tari pakarena lain yang berasal dari Kabupaten Kepulauan Selayar yaitu Tari Pakarena Gantarang. Pakarena adalah bahasa setempat berasal dari kata Karena yang artinya main. Tarian ini mentradisi di kalangan masyarakat Gowa yang merupakan wilayah bekas Kerajaan Gowa.

Makanan Khas Suku Makassar

Hasil gambar untuk coto makassar

Makanan paling terkenal dan paling digemari oleh banyak orang dari orang Makassar ini adalah Coto Makassar, Sop Saudara, dan Sop Konro. Ketiga makanan khas ini sangat mudah ditemukan di Indonesia, dengan bumbu khas dan rasa yang nikmat, menjadikan ketiga makanan sangat terkenal hingga ke mancanegara.

 

Peninggalan Suku Makassar

Hasil gambar untuk kapal pinisi

Tak heran memang jika orang makassar jago berlayar karena mereka pandai pula membuat kapal. Peninggalan paling berharga yang dihasilkan oleh orang Makassar ialah Kapal Layar yang mereka sebut “Pinisi”. Kapal ini umumnya memiliki dua tiang layar utama dan tujuh buah layar. Kapal ini umumnya digunakan untuk pengangkutan barang antar pulau. Kapal jenis ini diketahui mampu mengarungi tujuh samudera besar di dunia.

(Tugas Ilmu Sosial Dasar).

Daftar Pustaka

http://tugas-makalahmu.blogspot.co.id/2015/02/upacara-adat-tradisional-di-sulawesi.html

http://suku-dunia.blogspot.co.id/2015/11/kebudayaan-suku-makassar.html

http://adindadindaa.blogspot.co.id/2012/01/adat-istiadat-suku-makassar.html

http://www.gunadarma.ac.id

http://www.fisika.lab.gunadarma.ac.id

studentsite.gunadarma.ac.id

Satu respons untuk “Ritual Adat Istiadat dari Daerah Makassar

Add yours

Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.

Atas ↑